Galgah: Cerita Santai Tentang Kesalahan yang Sering Dianggap Sepele
Galgah – Pernah nggak sih kamu lagi ngomong, terus lidahmu keseleo? Maksudnya mau ngomong “galgal,” tapi yang keluar malah “galgah.” Terus temanmu nyaut, “Eh, maksudnya apa tuh galgah?” Nah, di situ kadang kita baru sadar, ternyata kata yang sederhana bisa punya arti yang menarik kalau digali.
Aku sendiri pertama kali denger kata “galgah” waktu ngobrol sama teman kantor. Kami lagi bahas soal keputusan kerja yang agak impulsif, terus dia bilang, “Iya, itu keputusan galgah banget.” Aku bengong sejenak, terus nanya, “Maksudnya apa, galgah?” Dia cuma ketawa sambil bilang, “Kayak gegabah, tapi lebih nyesek.” Dari situ aku penasaran banget sama kata ini.
Dan percaya deh, setelah aku cari tahu, ternyata kata “galgah” punya makna yang dalam banget, apalagi kalau dikaitin sama dunia kerja, bisnis, atau bahkan kehidupan pribadi.

Makna di Balik Kata Galgah
Secara umum, “galgah” sering dipakai buat menggambarkan tindakan yang terburu-buru, tanpa pikir panjang, dan akhirnya malah berujung pada penyesalan. Jadi, mirip sama “gegabah,” tapi nuansanya lebih emosional. Kalau gegabah itu lebih ke tindakan spontan tanpa perhitungan, galgah lebih condong ke keputusan yang diambil karena emosi atau keinginan sesaat.
Coba bayangin deh, kamu lagi kesel sama rekan kerja, terus langsung ngomel di depan umum tanpa mikir dampaknya. Beberapa menit kemudian, baru nyadar, “Duh, kenapa tadi aku ngomong kayak gitu ya?” Nah, itu dia galgah.
Lucunya, dalam konteks kantor atau organisasi, galgah ini sering banget terjadi. Banyak orang yang niatnya baik, tapi karena kurang sabar atau terlalu percaya diri, malah bikin situasi runyam.
Galgah dalam Dunia Kerja
Aku inget banget waktu dulu masih awal kerja. Ada rekan satu tim yang suka banget ambil keputusan cepat. Dia ngerasa itu tanda kalau dia tegas dan tanggap. Tapi sering kali, keputusannya bikin repot banyak orang. Misalnya, pernah dia langsung pesan vendor tanpa konfirmasi ke bagian keuangan. Hasilnya? Budget jebol, dan manajer marah besar.
Waktu itu aku bilang ke dia, “Kamu tuh bukan cepat, tapi galgah.” Dia ketawa, tapi keliatan juga mukanya agak nyesek. Karena dia sadar, niatnya bagus, tapi caranya salah.
Nah, di sini pentingnya belajar memahami konsep pengambilan keputusan yang matang. Bukan cuma soal mikir cepat, tapi juga mikir jauh ke depan. Kadang kita perlu ngerem sedikit biar nggak salah langkah.
Tanda-Tanda Kamu Lagi Galgah
Biar nggak kejadian terus, aku mau kasih kamu sedikit checklist. Nih, tanda-tanda kalau kamu lagi dalam mode “galgah”:
-
Keputusan diambil karena emosi, bukan logika.
Misalnya lagi kesel, kecewa, atau euforia berlebihan. -
Nggak sempat mikir konsekuensi.
Langsung jalan aja tanpa perhitungan risiko. -
Nggak diskusi sama orang lain dulu.
Semua dianggap bisa ditangani sendiri, padahal belum tentu. -
Nyesel setelah keputusan diambil.
Biasanya muncul kalimat sakti: “Andai aja tadi aku sabar sedikit.”
Kalau kamu sering mengalami hal-hal di atas, berarti kamu perlu mulai belajar mengelola impuls dan emosi waktu bikin keputusan. Karena di dunia profesional, keputusan yang galgah bisa berujung panjang banget.
Pelatihan yang Bisa Bantu Kamu Hindari Sikap Galgah
Nah, ini bagian yang menarik. Ternyata, ada loh pelatihan yang dirancang khusus buat bantu orang lebih bijak dalam mengambil keputusan, terutama dalam dunia kerja. Aku dulu ikut satu program pelatihan bertema Decision Making and Problem Solving.
Isinya bukan cuma teori, tapi juga simulasi situasi nyata. Kita diminta buat nyelesaikan masalah di bawah tekanan waktu, tapi tetap harus tenang dan analitis. Dari situ aku baru sadar, galgah itu muncul bukan karena bodoh, tapi karena kita belum terbiasa mengatur pola pikir dalam tekanan.
Kalau kamu tipe orang yang sering ngerasa buru-buru pengin nyelesain sesuatu, pelatihan kayak gini cocok banget. Kamu bakal belajar gimana cara mikir cepat tapi tetap akurat, gimana ngambil keputusan tanpa didikte emosi, dan gimana menimbang risiko dengan cara yang realistis.
Contoh Kasus di Dunia Nyata
Aku kasih contoh nyata ya, biar kamu kebayang.
Beberapa tahun lalu, ada perusahaan rintisan yang langsung ekspansi besar-besaran begitu dapet pendanaan awal. Mereka buka cabang di lima kota sekaligus, rekrut ratusan karyawan baru, dan gencar promosi. Tapi ternyata, mereka belum punya sistem operasional yang kuat. Akhirnya, cuma dalam setahun, semua cabang itu ditutup karena rugi besar.
Itu contoh klasik keputusan galgah dalam bisnis. Mereka semangat, tapi lupa perhitungan. Kalau saja tim manajemennya sempat ikut pelatihan strategi bisnis dan perencanaan risiko, mungkin ceritanya akan beda.
Ia Bukan Aib, Tapi Sinyal untuk Belajar
Kadang orang malu ngaku kalau dia pernah galgah. Padahal, semua orang pernah. Bahkan manajer yang kelihatannya paling kalem pun pasti punya momen galgah dalam kariernya. Bedanya, ada yang belajar dari pengalaman, ada yang terjebak di pola yang sama terus.
Aku sendiri pernah galgah banget waktu awal karier. Waktu itu aku terima tawaran kerja baru tanpa mikir panjang. Kelihatannya gaji lebih besar, tapi ternyata lingkungan kerjanya nggak cocok sama value aku. Baru tiga bulan, aku udah pengin keluar lagi.
Dari situ aku belajar: setiap keputusan penting harus dilihat dari berbagai sisi. Kadang bukan soal cepat atau lambat, tapi soal tepat. Dan untuk bisa berpikir tepat, kita perlu melatih cara berpikir kritis dan reflektif.
Kenapa Pelatihan Penting Buat Hindari Sikap Galgah
Kamu tau nggak, banyak perusahaan besar di dunia sekarang mulai rutin ngadain decision making workshop buat karyawannya. Alasannya sederhana: keputusan yang salah bisa berakibat mahal.
Bayangin aja, satu keputusan kecil yang galgah, misalnya salah rekrut orang atau salah beli alat kerja bisa bikin kerugian besar dalam jangka panjang. Makanya, pelatihan semacam ini jadi investasi yang penting.
Dan yang aku suka, di pelatihan kayak gitu kamu bukan cuma diajarin teori, tapi juga latihan langsung dengan kasus nyata. Jadi nanti kamu bisa ngalamin sendiri gimana rasanya ngambil keputusan di bawah tekanan, terus dievaluasi bareng fasilitator profesional. Seru banget, beneran.
Ayo Ikut Belajar Bareng!
Kalau kamu ngerasa sering galgah, atau pengin jadi pribadi yang lebih tenang dan terukur dalam ngambil keputusan, aku saranin banget buat ikut pelatihan kayak gini. Sekarang banyak banget lembaga training profesional yang nyediain programnya, salah satunya di training-grc.com.
Aku pernah ikut salah satu batch-nya dan jujur, pengalaman itu ngebantu banget. Mereka ngajarin dari hal kecil kayak mengenali emosi sebelum ambil keputusan, sampai teknik analisis risiko yang bisa langsung diterapkan di kerjaan.
Selain itu, suasananya juga santai. Kamu bisa diskusi terbuka, curhat pengalaman galgah yang pernah kamu alami, dan dapat insight langsung dari mentor yang udah berpengalaman puluhan tahun di dunia bisnis dan organisasi.
Galgah Itu Manusiawi, Tapi Jangan Dibiasakan
Aku selalu percaya, galgah itu tanda kita hidup. Artinya kita masih berani ambil keputusan, masih mau maju. Tapi yang bikin beda adalah bagaimana kita memperbaiki diri setelah sadar pernah galgah.
Jadi kalau sekarang kamu lagi ngerasa salah langkah, jangan keburu nyalahin diri sendiri. Tarik napas, pelan-pelan evaluasi, dan cari cara buat belajar dari situ. Kalau bisa, ikut pelatihan biar dapet arahan yang lebih terstruktur. Karena di dunia kerja, yang paling dihargai bukan orang yang nggak pernah salah, tapi yang tahu gimana belajar dari kesalahannya.
