Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS): Sebuah Gaya Hidup yang Terlupakan, tapi Penting

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat – Banyak orang mengira hidup bersih dan sehat itu sederhana. Cukup mandi dua kali sehari, cuci tangan sebelum makan, dan selesai. Padahal, makna Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) jauh lebih luas dari itu. Ia bukan sekadar rutinitas harian. Ia adalah gaya hidup, pilihan sadar, dan bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.

Apa yang dimaksud dengan PHBS? Pertanyaan ini masih sering muncul, terutama di kalangan generasi muda yang lebih akrab dengan istilah gaya hidup sehat ala media sosial—smoothie bowl, workout outfit, dan gym selfie—daripada konsep dasar kesehatan masyarakat yang sejatinya menyentuh seluruh aspek hidup kita. PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan secara sadar oleh individu, keluarga, dan masyarakat sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit dan peningkatan kualitas hidup. Intinya? Jangan tunggu sakit dulu baru peduli.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Mulai dari Rumah Sendiri

Rumah adalah tempat pertama dan utama dalam membentuk kebiasaan hidup sehat. PHBS di rumah tangga mencakup sepuluh indikator, mulai dari persalinan ditolong tenaga kesehatan, pemberian ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita secara rutin, hingga tersedianya jamban sehat. Kedengarannya klasik, tapi di banyak daerah hal-hal ini belum sepenuhnya dipahami, apalagi dijalankan.

Coba bayangkan, masih ada keluarga yang belum memiliki akses air bersih atau membuang sampah sembarangan karena merasa “toh, semua orang juga begitu.” Di sinilah pentingnya edukasi berkelanjutan. PHBS tidak bisa hanya dipasang di spanduk puskesmas. Ia harus jadi percakapan sehari-hari di ruang makan, di grup keluarga, di sekolah, bahkan di kantor.

Lingkungan Kerja dan PHBS? Keduanya Saling Terhubung

Banyak yang tidak menyadari bahwa tempat kerja memegang peran besar dalam keberhasilan penerapan PHBS. Kantor yang menyediakan fasilitas cuci tangan, memiliki ventilasi yang baik, menyajikan makanan sehat di kantin, dan mendukung pola kerja yang seimbang—adalah kantor yang ikut membentuk masyarakat sehat.

Tentu saja, tanggung jawab ini tidak bisa hanya dibebankan ke perusahaan. Karyawan juga berperan. Seorang pekerja yang terbiasa membawa botol minum sendiri, memilih naik tangga daripada lift, dan menyempatkan diri untuk peregangan di sela pekerjaan, secara tidak langsung sedang menjadi agen perubahan dalam lingkungannya.

PHBS di Sekolah: Investasi Masa Depan

Pendidikan kesehatan tak boleh hanya jadi mata pelajaran tambahan. PHBS di sekolah harus dijadikan bagian dari budaya. Bayangkan jika seluruh siswa terbiasa mencuci tangan sebelum makan, tidak jajan sembarangan, dan menjaga kebersihan toilet. Efeknya bukan hanya pada kesehatan mereka, tapi juga pada cara mereka tumbuh sebagai individu yang peduli dan bertanggung jawab.

Guru, tentu saja, memegang peran sentral. Tapi mari jangan lupakan peran petugas kebersihan, kantin sekolah, dan tentu saja para orang tua. Sekolah yang bersih dan sehat adalah hasil kerja sama semua pihak.

Saat PHBS Beririsan dengan Ketahanan Nasional

Mungkin terdengar ambisius, tapi PHBS sebenarnya berkaitan erat dengan pembangunan nasional. Masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang produktif. Bayangkan berapa banyak biaya kesehatan yang bisa ditekan jika masyarakat Indonesia memiliki kesadaran tinggi terhadap PHBS. Bayangkan pula bagaimana ini bisa berpengaruh pada ketahanan ekonomi, pendidikan, dan bahkan keamanan.

Pola hidup bersih dan sehat bukan hanya soal mencegah diare atau demam berdarah. Ini adalah tentang membangun generasi yang punya kebiasaan baik, yang kuat secara fisik dan mental, dan yang paham bahwa kesehatan adalah modal utama dalam hidup.

Tantangannya? Banyak. Tapi Bukan Tak Mungkin

Penerapan PHBS di Indonesia masih menghadapi beragam kendala. Akses terhadap sarana kesehatan yang belum merata, kurangnya edukasi, dan budaya permisif terhadap kebiasaan buruk menjadi tantangan utama. Namun bukan berarti ini tidak bisa diubah.

Kuncinya ada pada edukasi yang konsisten, kolaborasi antar-sektor, serta teladan nyata dari para pemimpin masyarakat—baik formal maupun informal. Kadang perubahan bisa dimulai dari hal kecil. Seseorang yang selalu membawa kantong belanja sendiri ke pasar, misalnya, mungkin bisa menularkan kesadaran tentang pengurangan sampah plastik kepada lingkungannya.

Di Mana Posisi Kita dalam Cerita Ini?

Pertanyaan ini penting. Karena PHBS bukan tentang program pemerintah semata. Ini soal bagaimana kita, sebagai individu, mengambil bagian dalam upaya kolektif menjaga kualitas hidup. Apakah kita sudah terbiasa mencuci tangan pakai sabun? Akankah kita peduli pada kebersihan lingkungan sekitar? sudahkah kita mendukung makanan sehat di rumah dan tempat kerja?

Tidak perlu jadi aktivis untuk berkontribusi. Cukup mulai dari diri sendiri. Tunjukkan bahwa hidup sehat itu tidak harus mahal, tidak harus ribet, dan yang pasti, bisa dilakukan siapa saja.

klik disini.

whatsapp