Digital Object Identifier

Digital Object Identifier – Di dunia akademik dan penerbitan, kita sering menemukan istilah Digital Object Identifier (DOI) yang melekat pada jurnal, artikel ilmiah, e-book, hingga laporan penelitian. Meski bentuknya hanya berupa rangkaian angka dan huruf, keberadaan DOI memiliki arti yang besar. Ia bukan sekadar kode, melainkan identitas digital yang memastikan karya ilmiah dapat dilacak, diakses, dan dirujuk secara konsisten.

Jika kita bandingkan, DOI ibarat “alamat rumah” bagi sebuah dokumen elektronik. Bayangkan jika sebuah artikel dipindahkan dari satu website ke website lain, tautan lama biasanya tidak bisa lagi digunakan. Tetapi jika artikel itu sudah diberi DOI, siapa pun bisa menemukannya kembali tanpa khawatir hilang di lautan informasi digital. Inilah mengapa DOI menjadi standar global dalam manajemen publikasi ilmiah.

Digital Object Identifier


Apa Itu Digital Object Identifier?

Digital Object Identifier adalah sebuah kode unik yang diberikan pada objek digital, biasanya dokumen akademik atau karya ilmiah, untuk memudahkan identifikasi dan akses jangka panjang. DOI pertama kali diperkenalkan oleh International DOI Foundation (IDF) pada akhir 1990-an sebagai solusi dari masalah “link rot” atau tautan yang rusak.

Format DOI biasanya berbentuk string alfanumerik yang diawali dengan angka 10, misalnya: 10.1234/abcd.2025.01. Angka pertama menunjukkan prefix yang diberikan kepada penerbit atau organisasi, sementara bagian setelah garis miring adalah suffix yang ditentukan oleh penerbit untuk objek spesifik tersebut.

Dengan adanya DOI, setiap karya ilmiah tidak hanya memiliki identitas unik, tetapi juga tautan permanen (persistent link) yang bisa diakses melalui sistem online.


Fungsi Utama DOI

Ada beberapa fungsi kunci yang menjadikan DOI penting di dunia akademik:

  1. Identifikasi Permanen
    DOI menjamin bahwa sebuah karya digital tetap bisa ditemukan meski lokasi file berubah. Ini berbeda dengan URL biasa yang bisa kadaluwarsa.

  2. Kredibilitas Referensi
    Peneliti yang mengutip artikel dengan DOI menunjukkan rujukan yang akurat. Hal ini memudahkan verifikasi dan meningkatkan integritas akademik.

  3. Pengelolaan Hak Cipta
    DOI juga berperan dalam pencatatan hak cipta dan kepemilikan karya. Penerbit dapat memantau distribusi serta penggunaan konten dengan lebih baik.

  4. Akses Global
    Karena sifatnya standar internasional, DOI dapat diakses oleh siapa pun, kapan pun, dan dari mana pun melalui sistem DOI resolver.


DOI dalam Dunia Akademik

Bagi para peneliti, DOI adalah hal yang tidak asing. Hampir semua jurnal bereputasi internasional menggunakan DOI sebagai identitas setiap artikel. Bahkan, beberapa lembaga penelitian dan universitas kini juga mewajibkan penggunaan DOI pada laporan akhir, prosiding konferensi, hingga disertasi elektronik.

Dengan adanya DOI, artikel akademik menjadi lebih mudah dicari melalui database ilmiah seperti Scopus, Web of Science, atau Google Scholar. Hal ini tentu membantu memperluas jangkauan karya ilmiah, meningkatkan sitasi, sekaligus memperkuat reputasi penulis maupun institusi.


Struktur Digital Object Identifier

Secara teknis, DOI terdiri dari dua bagian utama:

  • Prefix: nomor identifikasi organisasi penerbit, biasanya dimulai dengan “10”.

  • Suffix: kode unik yang dibuat oleh penerbit untuk setiap dokumen.

Contoh: 10.1080/123456789.2023.001

  • 10.1080 adalah prefix untuk penerbit tertentu.

  • 123456789.2023.001 adalah suffix yang merujuk ke artikel spesifik.

Struktur sederhana ini membuat DOI fleksibel, mudah dipahami, tetapi tetap konsisten untuk digunakan dalam skala global.


Kelebihan Penggunaan DOI

Mengapa DOI begitu penting dan banyak dipakai? Beberapa alasannya antara lain:

  • Stabilitas Jangka Panjang: meski website berubah, DOI tetap mengarahkan pengguna ke lokasi terbaru dari dokumen.

  • Standarisasi Global: memudahkan integrasi antar database dan sistem manajemen publikasi.

  • Mendukung Interoperabilitas: DOI bisa digunakan di berbagai platform, mulai dari perpustakaan digital hingga sistem sitasi otomatis.

  • Transparansi Ilmiah: memperkuat budaya penelitian yang kredibel dengan memastikan rujukan selalu dapat diverifikasi.


Keterbatasan DOI

Meski bermanfaat, DOI juga memiliki keterbatasan. Pertama, tidak semua karya ilmiah mendapatkan DOI, terutama publikasi dari penerbit kecil atau nonformal. Kedua, pembuatan DOI memerlukan biaya yang ditanggung oleh penerbit, sehingga ada kalanya dokumen tertentu tidak memiliki identitas ini.

Selain itu, meski DOI menjamin tautan permanen, akses ke dokumen tetap tergantung pada kebijakan penerbit. Jadi, beberapa artikel ber-DOI mungkin hanya bisa dibaca jika pengguna memiliki langganan atau izin khusus.


Penerapan DOI di Indonesia

Di Indonesia, DOI semakin populer seiring dengan tuntutan akreditasi jurnal nasional maupun internasional. Melalui kerja sama dengan Crossref dan DataCite, banyak penerbit jurnal lokal kini sudah mendaftarkan artikel mereka dengan DOI. Hal ini membantu meningkatkan visibilitas karya ilmiah Indonesia di kancah global.

Bahkan, pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi (sekarang BRIN) mendorong penerbitan jurnal ilmiah untuk menggunakan DOI sebagai bagian dari upaya memperkuat kualitas penelitian nasional.


Masa Depan Digital Object Identifier

Dengan semakin banyaknya publikasi digital, peran DOI akan terus meningkat. Bukan hanya untuk artikel jurnal, tetapi juga bisa mencakup dataset penelitian, materi konferensi, hingga konten multimedia yang relevan untuk sains.

Ada pula upaya mengintegrasikan DOI dengan sistem kecerdasan buatan (AI) untuk mempermudah pencarian literatur ilmiah secara otomatis. Bayangkan jika suatu hari mesin pencari bisa langsung menemukan semua data pendukung hanya dengan memasukkan satu DOI—tentu penelitian akan jauh lebih efisien.


Kesimpulan

Digital Object Identifier (DOI) adalah sistem identifikasi permanen yang digunakan untuk menandai karya ilmiah dalam bentuk digital. Dengan struktur yang sederhana namun konsisten, DOI memastikan dokumen dapat ditemukan dan dirujuk dengan mudah meski lokasi penyimpanan berubah.

Bagi peneliti, keberadaan DOI bukan sekadar formalitas, melainkan jaminan kredibilitas karya. Bagi penerbit, DOI adalah bukti standar kualitas. Dan bagi dunia akademik, DOI adalah jembatan untuk menciptakan sistem pengetahuan yang lebih transparan, mudah diakses, serta terintegrasi secara global.

klik disini.

whatsapp